KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini dibuat dengan
tujuan sebagai sumber bacaan yang dapat
digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi Asmaul Husna.
Selain itu, penulisan
makalah ini tak terlepes pula dengan tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Banyuwangi, 19 Agustus 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang :
Semua yang ada di alam ini merupakan
ciptaan (makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyaisifat-sifat yang agung, mulia,
dan besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh karena itu,semua
makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun. sifat-sifatAllah SWT tersebut
tidak hanyatergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik
yang menyertai-Nya (Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS
Al Hasyr ayat 24 :
“Dia-lah Allah Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Apabila seseorang
menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari
seberapasering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan
menyebut kalimat¬kalimattayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam Asmaul
Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam
Alquran :
“Hanya milik Allah
asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu.”(QS. Al A’raaf : 180)
Berdasarkan ayat di atas,
kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yangterhimpun
dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan
menyebutnama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan
untuk menyebut-Nya denganAsmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa
kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu.Dengan memuji nama-Nya terlebih
dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.Dalam salah
satu haditsnya, Rasulullah menjelaskan :
“Sesungguhnya Allah SWT
mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu,barang siapa yang
menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan
apabila kita mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh,menghafal,
kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi
penguatiman yang paling besar, bahkan mengenal Asma` dan sifat-Nya merupakan
dasar iman, di mana imanseseorang itu kembali kepada dasar yang agung ini
B. Maksud dan Tujuan :
Maksud penulisan tugas
makalah ini adalah :
1. Mengembangkan wawasan penulis tentang Akidah
khususnya Asma’ul husna.
2. Mengimplementasikan ilmu teori dan praktek
yang diperoleh selama belajar
3. Mengenal Asma`ul Husna dengan
bersungguh-sungguh, menghafal, kemudian
memahamimaknanya serta beribadah kepada Allah sebagai penguat iman
BAB II
Pembahasan
A. Asmaul husna
Kata al-asma adalah bentuk jamak dari
kata al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata as-sumuw yang berarti ketinggian atau
as-simah yang berarti tanda. Memang nama merupakan tanda bagi sesuatu,
sekaligus harus dijunjung tinggi
Apakah nama sama dengan yang dinamai atau
tidak, di sini diuraikan perbedaan pendapat ulama yang berkepanjangan,
melelahkan dan menyita energy itu. Namun yang jelas bahwa Allah memiliki apa
yang dinamai-Nya sendiri dengan al-asma dan bahwa al-asma itu bersifat husna.
al-husna bentuk muannast/ feminim dari kata ahsan yang berarti terbaik.
Penyifatan nama-nama Allah dengan kata
yang berbentuk superlative ini,menunjukkan bahwa nama-nama Allah dengan kata
yang berbentuk superlative ini,menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja,
tetapi juga yang terbaik dibandingkandengan yang lainnya, yang dapat
disandang-Nya atau baik hanya untuk selain-Nya saja, tapitidak baik untuk-Nya.
Sifat Pengasih – misalnya – adalah baik. Ia dapat disandang
olehmakhluk/manusia, tetapi karena asma al-husna (nama-nama yang terbaik) hanya
milik Allah,maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih makhluk, baik
dalam kapasitas kasih maupunsubstansinya. Di sisi lain sifat pemberani,
merupakan sifat yang baik disandang oleh manusia,namun sifat ini tidak wajar
disandang Allah, karena keberanian mengandung kaitan dalamsubstansinya dengan
jasmani dan mental, sehingga tidak mungkin disandangkan kepada-Nya.Ini berbda dengan
sifat kasih, pemurah, adil dan sebagainya. Contoh lain adalah anak
cucu.Kesempurnaan manusia adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi sifat
kesempurnaan manusiaini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini
mengakibatkan adanya unsur kesamaan Tuhandengan yang lain, di samping
menunnjukkan kebutuhan, sedang hal tersebut mustahil bagi-Nya.
Beriman kepada Allah,
artinya menyakini didlam hati dan di ucapka dengn lisan. Menagapa kita di
wajibkan untu beriman kepada Allah? Agar selalu dekat dengan Allah dan
mengingat tentang kekuasaan Allah.
Diantaranya:
1. Kita harus bersikap keluhuran budi.
“keluhuran budi yaitu? Kemuliaan dan kesabaran akhlak dan hati
2. Kokoh pendirian artinya adalah kita
menyakini bahwa apa yang kita ambil itu bik dan bermanfaat.
3. Bersikap tawakal artinya adalah
adalah setelah bekerja keras lalu kita menyerahkan semua pada Allah hasil yang
terbaik.
4. Dan yang terakhir dalam menghayati
iman adalah mengenal asmaul husna.
Asmaul husna terdiri dari
99 nama nama baik mulia Allah. Diantaranya adalah : al-kariim, al-mu’min,
al-wakiil, al-matiin, al-jaami’, al-Adl, dan al-Akhiir
Ø Al - Mukmin
Sifat Allah Al - Mukmin
artinya "Allah Maha Pemberi Keamanan". Keamanan merupakan kebutuhan
penting bagi manusia. Kehidupan akan terasa nyaman dan berjalan semestinya
karena adanya keamanan. Negara yang tidak aman sulit melaksanakan pembangunan.
Kehidupan masyarakat akan terancam bila tidak ada keamanan. Kita lihat
bagaimana negara yang sedang dalam peperangan.
Keamanan dan rasa aman
yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya
didapat bila kita dekat denmgan Allah, rajin membaca Al - Qur'an, rajin sholat,
dan lain - lain. Ketidak nyamanan bukan hanya akibat ulah manusia tapi bisa
juga karena binatang buas, bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah
longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya
aman dan tentram. Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah
walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau.
Contoh dan bukti
sederhana:
Contoh dan bikti sederhana bahwa Allah
bersifat Al - Mukmin dapat kita lihat dalam diri kita sendiri. Seperti pada
tubuh kita, Allah menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata
dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari debu dan binatang -
binatang kecil.
Bukti lain diluar tubuh kita seperti ketika
Rasulullah ingin Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatan
Nabi Muhammad, sekeliling rumah Nabi telah di pagar betis oleh orang - orang
Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi dengan sifat Al -
Mukmin Allah telah memberi keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah dengan
aman dapat keluar dari rumah dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah.
Orang yang beriman kepada Allah Al - Mukmin
akan selalu tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan
situasi yang genting dan kacau sekalipun.
Meneladani Sifat Al
Mukmin:
1. Menenangkan teman yang sedang merasa
takut.
2. Tidak mengganggu teman.
3. Menjaga diri sendiri dari ancaman dan
gangguan orang atau makhluk lain.
4. Tidak takut kepada apapun, kecuali
kepada Allah.
Kesimpulan
Sifat Allah Al Mu'min ini
menerangkan bahwa Allah memberi rasa aman dan tenteram dalam hati hamba-Nya.
Polisi, tentara, dan satpam mencoba meneladani sifat Al Mu'min ini dengan
menjaga keamanan lingkungan.Jadi jika kita ingin selalu aman dan tentram, kita
harus selalu ingat kepada Allah Swt. karena Allah memberi rasa aman dan
ketentraman dalam hati hambah-Nya.
Asmaul
Husna Al Mukmin terdapat pada surat Al-An'am ayat 82 :
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ
Artinya
: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman merekadengan
kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ø AL-KARIM
Orang yang masih dalam
perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia terpesona
melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak
sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan
harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya.
Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai
atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan
malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada
Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan harapan
kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah
bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47 ini menariknya supaya berpegang
kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan
orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang
dapat melepasi al-Karim.
Al-Karim adalah salah satu daripada
Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah s.w.t.
Al-Karim bermaksud:
1. Allah s.w.t Maha
Pemurah.
2. Allah s.w.t memberi
tanpa diminta.
3. Allah s.w.t memberi
sebelum diminta.
4. Allah s.w.t memberi
apabila diminta.
5. Allah s.w.t memberi
bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan
angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6. Allah s.w.t memberi
lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7. Allah Yang Maha
Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak
diberi-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8. Paling penting, demi
kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara
yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si
hamba yang menerimanya.
Asmaul Husna Al Karim
terdapat pada surat Al Infitar ayat 6 :
يَا
أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Artinya : “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap TuhanMu Yang Maha Pemurah”
Ø Al Wakil
Mempunyai arti bahwa
Allah, adalah Dzat yang mengurus segala urusan hamba-Nya dan memudahkan segala
yang dibutuhkan oleh mereka. Allah adalah Dzat yang segala perkara diwakilkan
kepada-Nya.
Dan wakil itu terbagi
atas:
1. Yang memenuhi apa yang diwakilkan
kepadanya dengan sempurna, tanpa pamrih;
2. Yang memenuhi tetapi tidak semua.
Wakil yang mutlak ialah yang diwakilkan segala urusan kepadanya, dan dia cocok
untuk melaksana kan dan menyempurnakannya-wakil seperti itu tidak lain hanyalah
Allah SWT.
Manfaat
jika kita meneladani AsmaulHusna Al-Wakil ialah :
1. Kita
menjadi takut untuk melakukan perbuatan buruk.Meneladani Asmaul Husna Al-Wakil
memberikan kesadaran kepada Andauntuk takut melakukan perbuatan buruk yang
mungkin sebelumnya sering Anda lakukan.
2. Kita menjadi orang yang selalu ingin berbuat
baik.Memang benar kata orang, berbuat jahat lebih mudah daripada berbuat baik.
Setiap manusia di dunia ini pasti pernah melakukan kesalahan. Tetapi dengan
meneladani Asmaul Husna Al-Wakil, maka akan membuat kita lebih menjadi orang
yang ingin terus berbuat baik.
3. Dan kita
selalu ingin beribadah kepada Allah SWT.Mungkin dulunya Anda sering atau bahkan
jarang melakukan shalat 5 waktu. Tetapi dengan meneladani Asmaul Husna Al-Wakil
ini akan membuat Anda lebih rajin dan memiliki keinginan untuk beribadah kepada
Allah SWT
Surat Az-Zumar ayat
62:
اللَّهُ خَالِقُ
كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya
:“Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala
sesuatu.”
Ø Al Matin
Allah memiliki asma
al-Matiin artinya Allah adalah Dzat yang Maha Kokoh dalam kekuasaan-Nya. Allah
adalah Dzat yang maha kuat dalam pendirian-Nya. Allah adalah Dzat yang maha
teguh dalam janji-Nya.
Allah menjanjikan
kebahagiaan dan surge bagi hamba yang mengikuti perintah-Nya, dan Allah
menjanjikan kehidupan yang saling bermusuhan dan panas serta Nerakan bagi yang
mengingkari dan menolak aturan-aturan-Nya. Ini semua tidak akan pernah berubah
sampai kapanpun, karena Allah al-Matiin sesuai dengan QS Ad-Dzariyat/51 : 58,
Artinya: “Sesungguhnya
Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
Manusia sebagai
wakil-Nya, tentu pula harus memiliki sifat ini. Kita harus memiliki sifat
teguh, tidak gampang tergoda dan tergoyahkan dengan harapan-harapan palsu yang
mengintai dan menggoda kita.
Manusia yang meyakini
bahwa Allah al-Matiin akan terus berusaha menjadi manusia yang teguh pendirian
dalam kebenaran, kuat kemauan untuk menjadi manfaat bagi manusia dan mahkluk
Allah yang lain.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allâh, Dialah Maha Pemberirezki, Yang Maha
Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh [adz-Dzâriyât/51:58]
"Ya
Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan
pada) hari yang tak ada keraguan padanya".
Ø Al Jami’
Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT
berfirman :
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Artinya: "Ya Rabb-kami,
sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari
yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji."
Jami’ berasal dari kata
jama’ah yang artinya kumpulan, lebih dari satu, banyak. Allah bersifat al-Jami’
artinya Allah maha mengumpulkan/mempersatukan.
Selain Allah akan
mengumpulkan kita nanti pada hari kiamat, Allah al-jami’ juga dapat kita
buktikan dalam kehidupan ini. Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran
yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama Allah akan
mengumpulkan kita nanti pada hari Akhir. Kedua, sebagai khalifah, wakil yang
dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus
membumikan al-Jami’ dalam kehidupan. Kita harus menjadi katalisator untuk
terbentuknya persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu
kesatuan sIstem kehidupan yang harmonis dan saling membutuhkan. Jagalah
persatuan dan kesatuan sistem kehidupan, bertanggungjawablah pada tugas dan
fungsi masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik dan paling benar.
Karena hanya Allah yang bisa memutuskan mana yang benar dan mana yang salah.
Jangan sok tahu dengan menghakimi orang lain salah, dan kemudian kita menarik
diri dari tugas dan fungsi kita dalam system kehidupan.
Ø Al Adl
Kata al-adl di ambil dari
kata ‘adalah yang mempunyai dua arti, yaitu lurus/sama dan bengkok/berbeda.
Allah swt. memikili sifat Mahaadil bagi makhluk-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 115 :
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat
yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Melalui sifatnya, Allah
swt. memerintahkan kepada umat-Nya agar berbuat adil saat memberikan keputusan
kepada sesama manusia, seperti:
1. Besikap jujur dan adil.
2. Memberikan hak orang lain yang
menjadi miliknya.
3. Menegakan keadilan dengan sepenuh
hati.
4. Memberikan ilmu/kecerdasan kepada
orang lain.
Ø Al Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah
SWT. Dia Maha Kekal tatkala semua makhluk hancur, maha kekal dengan
kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluknya adalah kekekalan yang terbatas,
seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga
adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan
perintahnya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya Q.S AL-Hadid ayat 3 :
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ
وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Dialah Yang Awal dan Akhir
Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala seuatu.”
Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah
SWT akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT tersebut
menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala urusan
kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan kita bawa sampai ke
akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya
pada selain Allah. Karena sesungguhnya setiap yang ada di langit dan bumi ini
akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada Sang Maha Kekal,
pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan.
Apa yang dimiliki oleh hamba-hamba
NYA, baik yang bersifat material dan spiritual adalah milik Allah dan akan
kembali kepada-NYA. Dan Mahluk-makhluk NYA akan mempertanggung jawabkan
bagaimana kita menggunakan dan menjaga apa yang telah dipinjamkan Allah kepada
kita selama kita hidup. Hamba yang bertanggung jawab, melakukan perbuatannya
dari awal hingga akhir karena ALlah SWT
dan demi keridhoan-NYA semata. Orang yang menegaskan al-Akhir akan
menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup
selain-Nya, tdak ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan tertuju hanya
kepada-Nya.
Meneladani sifat ini berarti kita
menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah SWT . Karenanya
kita harus menyiapkan bekal menempuh hari akhir dengan berbuat amal saleh
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menghafal kata-kata
Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam dan berpahala membacanya
bila dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dariitu, memahami dan
makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akanmembawa kearah
pengalaman dan penghayatan, atau dengan kata lain “
Mendarah daging
” dalam kehidupan. Maka
dijamin akan mendapatkan surga keindahan dankenyamanan yang tiada tara.”
B. Saran
Beribadahlah kepada Allah
berdasarkan Asma`ul Husna ini. Karena
DiaMaha Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah
dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai umat Muslim sudi
kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”, atau mampu melaksanakan
kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal,
memahami maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itusemua insya Allah dapat
memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya